Opini



1.     Pendahuluan
Pada zaman modern ini, telah banyak terdapat aneka ragam jenis medium komunikasi atau sering disebut dengan komunikasi massa. Komunikasi massa ialah komunikasi yang menggunakan media massa, seperti surat kabar, majalah, televisi, film, dan radio.
Media massa, seperti surat kabar, majalah, televisi, dan radio telah memainkan peranan penting hampir di segala bidang. Diantara media massa seluruhnya, televisi merupakan salah satu media yang sangat  handal dalam menyampaikan fungsinya, yakni sebagai media hiburan, informasi dan pendidikan.
Kegiatan penyiarantelevisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilaksanakannya pesta olahraga seAsia IV di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call)sampai sekarang (Effendi, dalam Karlina, dkk, 1992)
Televisi merupakan media massa yang berfungsi sebagai media hiburan, informasi, dan pendidikan. Untuk memenuhi tugas-tugasnya itu seorang presenter atau penyiar sebagai salah satu penggerak televisi dituntut memiliki keterampilan teknis berbahasa agar berhasil menyampaikan gagasan-gagasannya secara efektif dan efisien. Selain keterampilan teknis tersebut, sikap berbahasa yang patuh terhadap norma-norma bahasa pun sangat diperlukan oleh pihak yang berkecimpung dalam dunia media massa. Perlu diingat bahwa televisi siaran media massa elektronik yang bersifat audial, yang mengandalkan bahasa lisan sebagai alat komunikasi utamanya, cepat sekali akrab dengan telinga masyarakat pendengarnya (pemirsa). Hal ini tidak menutup kemungkinan jika bahasa yang digunakan sebagai acuan berbahasa oleh masyarakat luas.
Diantara ragam-ragam bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat, ragam bahasa yang mempunyai nilai komunikatif yang paling tinggi ialah bahasa baku atau bahasa standar. Dengan kata lain, kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang penggunaanya sesuai dengan tempat bahasa itu dipakai.Bahasa yang benar belum tentu baik.
Ragam bahasa baku tidak harus mematikanragam bahasa non-baku. Dalam kenyataannya, kedua ragam bahasa ini selalu berdampingan.Kedua ragam bahsa ini bisa dipakai sesuai kondisi pendengar. Misalnya, dalam kondisi santai sangatlah tidak cocok jika menggunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam kondisi serius juga tidak cocok menggunakan bahasa santai.
Berikut ini merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh presenter televisi :
1)      Assalamu’alaikum...
Para pemirsa RCTI yang kami hormati setiap detik, menit, waktu, terus berjalan setiap hari kita bekerja, berusaha dan berkegiatan dalam menapaki rona-rona kehidupan.Tentu fisik, pikiran dan peluh keringat telah terkuras pada hari ini.Tentu sudah sewajarnya, anda mendapat nuansa hiburan yang nyaman dan menyenangkan bukan?
Nah pemirsa, sete lah ini anda akan menyaksikan berbagai program siaran RCTI antara lain, Sietron Maha Kasih 2 lalu dilanjutkan dengan tayangan Indonesian Idol 3.
Akhirnya, semoga tayangan-tayangan kami memperoleh kesan manis di hati anda. Terima kasih – Selamat menyaksikan.

2)      Pemirsa, setelah anda terlibat dengan berbagai masalah, berpikiran berat,keringat mengalir dan otak terkuras, maka sudah saatnya anda menikmati menikmati waktu santai anda dengan menyaksikan suguhan program-program spesial dari TRANS TV. Malam ini, sengaja kami suguhkan yang terbaik untuk menemani waktu sore anda, Insert sore,  lalu dilanjutkan dengan program spesial kami Bajai Bajuri narik lagi.
Selamat sore – selamat menyaksikan .....TRANS TV milik kita bersama.

            Kedua contoh diatas menunjukkan kata pembuka dan kata penutup yang berbeda, baik dalam gaya siaran maupun penggunaan bahasa. Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa ucapan salam, baik yang bernafaskan Islam yaitu assalamu’alaikum maupun salam umum yang digunakan di Indonesia seperti selamat pagi, selamat siang, selamat sore, ataupun selamat malam menjadi pilihan presenter televise dalam menyampaikan pengantar urutan acara.

2.      Ragam Bahasa

2.1  Timbulnya Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia yang amat luas pemakaiannya dan bermacam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan.Arah perubahan itu tidak selalu terelakan, karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut juga berpengaruh terhadap timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia (TBBI, 1998:3)
Terdapat berbagai faktor yang menimbulkan berbagai macam ragam-ragam bahasa. Tampubolon (1983: 493)berpendapat :
Timbulnya ragam-ragam suatu bahasa pada dasarnya adalah disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor psikologis-fisiologis dan faktor sosial.Faktor psikologis dan fisiologis yang dimaksud ialah proses-proses interaksi antara system bahasa dan sifat-sifat psikologis-fisiologis setiap penutur. Proses asimilasi dan analogi adalah dua contoh proses interaksi seperti itu. Dalam proses-proses interaksi ini mungkin banyak ragam yang terjadi, tetapi sebagian besar ragam itu tidak lama bertahan dan akhirnya hilang dari pemakaian sebelum sempat ditiru penutur-penutur lain.

            Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berperilaku berbahasa anggota suatu masyarakat bisa ditentukan oleh faktor tempat, sosiokultural, situasi, sejarah perkembangan masyarakat, dan teknik pengungkapan yang ada dalam masyarakat itu.
2.2  Pengertian Ragam Bahasa
Dalam kamus Linguistik (2001:184) Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, dan menurut medium pembicaraan. Pengertian ini serupa dengan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:920) istilah ragam diartikan 1) Tingkah laku; 2) macam ; jenis, 3)lagu langgam, 4) warna; corak; ragi, 5) laras (tata bahasa). Selanjutnya bahasa (2002 : 8) diartikan sebagai : 1) Sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri, 2) Percakapan (Perkataan yang baik ; tingkah laku yang baik, sopan santun, baik budi-nya).
Keseluruhan pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa variasi bahasa adalah bentuk bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.
2.3  Klasifikasi ragam Bahasa
Ada empat variasi bahasa yang dikemukakan oleh Chaer (2003 : 56), yaitu 1) Situasi formal, digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar; 2) situasi tidak formal, digunakan ragam yang tidak baku atau nonstandar, 3) sarana, adanya ragam lisan dan ragam tulisan, 4) pemakaian, adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa presenter (pembawa acara), ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
2.4  Segi Bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan pilihan kata yang dipergunakan, yaitu :
(a)    Gaya bahasa resmi : gaya dalam bentuknya lengkap, yang digunakan dalam kesempatan - kesempatan resmi;
(b)   Gaya bahasa tak resmi : digunakan dalam kesempatan yang tidak formal atau kurang formal;
(c)    Gaya bahasa percakapan : gaya bahasa ini, pilihan – pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata – kata percakapan (Keraf, 2004)

3.      Analisis Data dan pembahasan

3.1  Analisis Data

No. Data         : -
Acara               : Infotainment Ngopi Euy ( pembuka acara)
Televis i           : Bandung TV

Data :
Selamat pagi pemirsa Bandung TV. Alhamdulillah di kesempatan pagi hari ini saya akan menemani anda dirumah dalam acara Infotainment Ngopi Euy. Selama 30 menit ke depan nanti saya akan menemani anda untuk menyaksikan liputan para artis yang mungkin menjadi idola anda. Tapi sebelum kita menyaksikan liputannya yang pertama kita saksikan pesan-pesan berikut ini (NE/BDGTV/21/09/07)

Analisis :
(1)   Diksi
·         Selamat pagi
·         Para pemirsa
·         Infotainment Ngopi Euy
·         Selama 30 menit kedepan
·         Saya
·         Liputan
·         Para artis
(2)   Jargon
Presenter infotainment memiliki jargon tersendiri, hal tersebut terlihat dari tuturan yang terlontar ketika menyampaikan pembuka acara infotainment yakni dengan ragam bahasa baku yang sesuai dengan kondisi dan keadaan acara.
(3)   Pola khusus
Dilihat dari tuturan yang terlontar ketika menyampaikan pembuka acara infotainment, peneliti tidak menemukan pola khusus yang khas yang dituturkan oleh continuity presenter.
(4)   Ragam Bahasa
·         continuity presenter ketika membawakan acara yakni dengan menggunakan ragam bahasa formal dan baku yang sesuai dengan kondisi dan keadaan acara yang disampaikan.
·         Ragam bahasa presenter
3.2  Kesimpulan :
Dari analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa continuity presenterdalam menyampaikan pembukaan selalu menggunakan kata “selamat pagi”, frase dengan selamat dipergunakan untuk memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan keperluan dan situasinya, kemudian untuk menyapa pemirsanya dengan menyebutkan “para pemirsa”.

4.      Penutup
Berdasarkan data yang telah di analisis secara umum dapat disimpulkan bahwa bahasa presenter pada saat membawakan acara infotainment disesuaikan dengan kondisi dan keadaan acara. Bahasa presenter pada saat membawakan acara infotainment yang sasaran pemirsanya golongan usia dewasa berbeda dengan bahasa presenter yang membawakan acara infotainment yang sasaran pemirsanya golongan usia anak muda.


























                                                                                                           
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan 1991. Bahasa Jurnalistik dan Komunikasi. Jakarta : Pradnya
Alwasilah, A. chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif. Bandung : Pustaka Jaya.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka
Ardianto, Elvinaro,dkk. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Bandung : Simbiosa
Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia.Bandung  : Pustaka Prima
Badudu, J.S. 1981. Cakrawala Bahasa Indonesia I. Jakarta : Gramedia
Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi. Bandung : Simbiosa
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolonguistik. Perkenalan Awal.Jakarta : Rineka Cipta
Effendi, Uchyana Onong.1984.Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek : Bandung
Effendi, Uchyana Onong. 1990. Televisi Siaran : Teori dan Praktek. Bandung : Mandar Maju
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka
Effendi, Uchyana Onong. 1984.Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Karya
Effendi, Uchyana Onong. 1990.Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Mandar Maju
Halliday, M.A.K dan Hasan, Rugaiya. 1990. Bahasa, Konteks, dan teks. Acara, Beritawan TV, dan Peminat Umum.Jakarta : Rosda Karya 
Idris, Soewardi. 1994. Bahasa Indonesia Untuk Penyiar, Pembawa Acara, Beritawan TV, Dan Wartawan Umum. Jakarta : Rosda Praya
Keraf, Gorys. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta : gramedia Pustaka Utama